Tuesday, November 27, 2018

Teror Tengah Malam

 Lebih spesifik saya ingin menggambarkan bagaimana keadaan saya dan keluarga ketika hidup berhimpit di rumah yang sempit. Saya berulang kali mendapat "teror tengah malam" tari tiga mahluk brengsek.

Kadang kalau sumpek, saya pindah tidur beralas tikar di ruang obras. Setali tiga uang. Sama saja. Lepas dari rasa sumpek tidur berhimpitan di ranjang susun, berhadapan dengan aksi teror dari tiga mahluk brengsek,  kawanan kecoak, gerombolan nyamuk dan tikus-tikus rakus. 
Kecoak, mahluk kecil yang sering dianggap jijik oleh banyak orang itu, suka merayap di badan. Kadang masuk ke dalam kaos atau celana. Ada lagi yang terbang lalu hinggap  seenaknya di wajah. Lebih-lebih jika musim hujan dan udara lembab, maka kecoak itu makin banyak berseliweran. Mereka bukan hanya mengganggu kenyamanan tidur, tetapi juga nakal  mengusik saya sampai ke alam mimpi.
Suatu malam saya bermimpi. Dalam mimpi, saya  dapat kado jam tangan sebagai hadiah ulang tahun. Tidak jelas siapa yang memberikan hadiah itu.  Jam tangan itu dipasang sendiri di lengan kiri oleh orang yang memberi hadiah tadi. Perasaan saya sangat senang lalu meraba jam itu dengan tangan kanan. Lha, kok tangan saya terasa geli seperti menyentuh benda aneh yang mengorek-ngorek permukaan kulit.  
Saya terjaga lalu  melihat benda aneh yang saya pegang itu. Ampuuuun,  ternyata seekor kecoak yang meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Saya kaget dan dengan reflek kecoak itu saya banting ke dinding. Mampus! Binatang kecil bersayap itu terkapar dan menemukan ajalnya dengan cara tragis. 
Dalam hati, saya bersyukur hanya mimpi dikasi hadiah jam tangan. Bagaimana jadinya kalau saya bemimpi dikasi permen atau jajan oleh seseorang? Tentu kecoak itu  langsung saya masukkan ke mulut dan mengunyahnya dengan lahap. Bayangkan, rasanya seperti apa ya?   
Itu baru teror dari keluarga besar kecoak. Gangguan lain datang dari rombongan nyamuk.  Sepanjang malam, mahluk kecil penghisap darah itu, memaksa kita bermain tepuk tangan seperti orang idiot. Plakkk plokkk plakkkk plokkk suara tepukan itu terdengar ketika nyamuk beterbangan di depan mata atau mereka ‘berteriak”  mengejek, persis di daun telinga. Kita dibuat dongkol  sekaligus jadi orang tolol. Buktinya? Berulang kali kita menempeleng diri sendiri. 
 Ternyata nyamuk itu tidak punya rasa takut. Suara tepuk tangan justru mengundang pasukan lainnya untuk datang menyerang. Cara paling efektif mengusirnya  dengan obat nyamuk bakar. Waktu itu belum ada obat nyamuk elektrik. Juga belum ada obat nyamuk cair yang diolesi di kulit. Kami hanya  mampu membeli obat nyamuk murah merk Real yang bentuknya melingkar seperti spiral. Dan itu cukup ampuh. Serangga penghisap darah itu terbang menghilang.  
Satu masalah bisa teratasi, tetapi masalah baru datang berganti. Ruangan obras yang  sempit itu jadi berkabut penuh asap.  Pernapasan terganggu, dada terasa apek dan kadang kita jadi batuk. Obat nyamuk dimatikan sementara. Nah, ketika asap itu menghilang, rombongan nyamuk kembali menyerang. Ya terpaksa dibakar lagi. Kalau tidak, besok pagi akan terlihat banyak bintik-bintik merah di kulit bekas gigitannya.
Teror lain yang datang dari tikus, binatang kotor menjijikkan.  Sejak awal menempati rumah petak itu, kami sering melihat tikus kejar-kejaran sambil mengeluarkan suara mencicit. Pada malam hari, selalu terdengar  suara klotak-klotak dari arah dapur. Para tikus-tikus rakus itu mengerokoti sesuatu yang bisa dimakan.  
Saya pernah memelihara kucing agar tikus itu takut berkeliaran di dalam rumah. Tapi kucing piaraan justru menjijikkan karena sering buang kutoran di sembarang tempat. Bahkan kadang muntah di dapur. Yang dimuntahkan itu justru tikus yang dia mangsa sebelumnya. Ruangan jadi kotor dan bau busuk. 
Kami berhenti memelihara kucing. Selanjutnya, pakai cara lain. Menebar makanan beracun agar tikus itu mati. Dua atau tiga hari setelah menebar racun, tercium bau busuk yang menyengat. Rupanya tikus itu mati di tempat yang tersembunyi. Untuk menemukan letak bangkai tikus tadi, menguras  tenaga dan butuh waktu berjam- jam. Jengkel dan melelahkan.
Akhirnya, kami memakai cara lain. Pasang beberapa perangkap. Hampir setiap hari ada saja tikus yang terperangkap. Tapi, tikus-tikus itu tetap saja banyak berseliweran dan membuat kegaduhan. Saya sempat berpikir, mungkin setiap satu keluarga tikus terperangkap, tikus-tikus itu  mengundang kerabatnya yang lain untuk datang. Ah… pikiran konyol. 
Tiga cara yang sudah dilakukan itu, tidak mampu mengatasi  teror tikus di rumah petak itu. Mahluk kecil berkaki pendek itu bukannya menghilang atau berkurang. Justru tikus-tikus itu seperti sengaja menggangu  ketika saya  sedang tidur.
Malam itu, saya tidur di bawah meja mesin obras. Tengah malam, entah jam berapa, tiba-tiba saya terjaga dari tidur. Ada sesuatu yang mengganggu. Kaki saya seperti dikrikiti (digigit) berkali-kali. Saya kaget lalu terbangun. Dua ekor tikus lari menghilang sambil mengeluarkan suara mencicit. 
Apakah kejadian itu sebagai bentuk perlawanan mahluk bernama tikus itu? Mustahil!  Atau karena kakiku bau akibat lupa dicuci sebelum tidur? Nah, kayaknya ini yang masuk akal. Saya lupa cuci kaki.
***

Pertama-tama, terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Begitu banyak nikmat yang Engkau berikan. Tidak terhingga anugerah yang Engkau limpahkan. Begitu indah rencanaMu melebihi harapan yang selalu kuucapkan dalam setiap doa-doaku.
Saya sangat bersyukur dan mengucapkan:“Tuhan Yesus, terimakasih untuk segalanya” (Read More)

Sebuah Epilog:

Sebuah Testimoni Semua yang saya miliki hari ini adalah anugerah dari Yang Kuasa yang saya dapatkan dengan   perjuangan yang c...