Lebih spesifik saya ingin menggambarkan bagaimana keadaan saya dan keluarga ketika hidup berhimpit di rumah yang sempit. Saya berulang kali mendapat "teror tengah malam" tari tiga mahluk brengsek.
Kadang kalau sumpek, saya pindah tidur beralas tikar di
ruang obras. Setali tiga uang. Sama saja. Lepas dari rasa sumpek tidur
berhimpitan di ranjang susun, berhadapan dengan aksi teror dari tiga mahluk
brengsek, kawanan kecoak, gerombolan
nyamuk dan tikus-tikus rakus.
Kecoak, mahluk kecil yang sering dianggap jijik oleh banyak
orang itu, suka merayap di badan. Kadang masuk ke dalam kaos atau celana. Ada
lagi yang terbang lalu hinggap seenaknya
di wajah. Lebih-lebih jika musim hujan dan udara lembab, maka kecoak itu makin
banyak berseliweran. Mereka bukan hanya mengganggu kenyamanan tidur, tetapi
juga nakal mengusik saya sampai ke alam
mimpi.
Suatu malam saya bermimpi. Dalam mimpi, saya dapat kado jam tangan sebagai hadiah ulang
tahun. Tidak jelas siapa yang memberikan hadiah itu. Jam tangan itu dipasang sendiri di lengan
kiri oleh orang yang memberi hadiah tadi. Perasaan saya sangat senang lalu meraba
jam itu dengan tangan kanan. Lha, kok tangan saya terasa geli seperti menyentuh
benda aneh yang mengorek-ngorek permukaan kulit.
Saya terjaga lalu
melihat benda aneh yang saya pegang itu. Ampuuuun, ternyata seekor kecoak yang meronta-ronta
berusaha melepaskan diri. Saya kaget dan dengan reflek kecoak itu saya banting
ke dinding. Mampus! Binatang kecil bersayap itu terkapar dan menemukan ajalnya
dengan cara tragis.
Dalam hati, saya bersyukur hanya mimpi dikasi hadiah jam
tangan. Bagaimana jadinya kalau saya bemimpi dikasi permen atau jajan oleh
seseorang? Tentu kecoak itu langsung
saya masukkan ke mulut dan mengunyahnya dengan lahap. Bayangkan, rasanya
seperti apa ya?
Itu baru teror dari keluarga besar kecoak. Gangguan lain
datang dari rombongan nyamuk. Sepanjang
malam, mahluk kecil penghisap darah itu, memaksa kita bermain tepuk tangan
seperti orang idiot. Plakkk plokkk
plakkkk plokkk suara tepukan itu terdengar ketika nyamuk beterbangan di
depan mata atau mereka ‘berteriak”
mengejek, persis di daun telinga. Kita dibuat dongkol sekaligus jadi orang tolol. Buktinya?
Berulang kali kita menempeleng diri sendiri.
Ternyata nyamuk itu tidak punya rasa takut. Suara tepuk
tangan justru mengundang pasukan lainnya untuk datang menyerang. Cara paling
efektif mengusirnya dengan obat nyamuk
bakar. Waktu itu belum ada obat nyamuk elektrik. Juga belum ada obat nyamuk
cair yang diolesi di kulit. Kami hanya
mampu membeli obat nyamuk murah merk Real yang bentuknya melingkar
seperti spiral. Dan itu cukup ampuh. Serangga penghisap darah itu terbang menghilang.
Satu masalah bisa teratasi, tetapi masalah baru datang
berganti. Ruangan obras yang sempit itu
jadi berkabut penuh asap. Pernapasan
terganggu, dada terasa apek dan kadang kita jadi batuk. Obat nyamuk dimatikan
sementara. Nah, ketika asap itu menghilang, rombongan nyamuk kembali menyerang.
Ya terpaksa dibakar lagi. Kalau tidak, besok pagi akan terlihat banyak
bintik-bintik merah di kulit bekas gigitannya.
Teror lain yang datang dari tikus, binatang kotor
menjijikkan. Sejak awal menempati rumah
petak itu, kami sering melihat tikus kejar-kejaran sambil mengeluarkan suara
mencicit. Pada malam hari, selalu terdengar
suara klotak-klotak dari arah
dapur. Para tikus-tikus rakus itu mengerokoti sesuatu yang bisa dimakan.
Saya pernah memelihara kucing agar tikus itu takut
berkeliaran di dalam rumah. Tapi kucing piaraan justru menjijikkan karena
sering buang kutoran di sembarang tempat. Bahkan kadang muntah di dapur. Yang
dimuntahkan itu justru tikus yang dia mangsa sebelumnya. Ruangan jadi kotor dan
bau busuk.
Kami berhenti memelihara kucing. Selanjutnya, pakai cara
lain. Menebar makanan beracun agar tikus itu mati. Dua atau tiga hari setelah
menebar racun, tercium bau busuk yang menyengat. Rupanya tikus itu mati di
tempat yang tersembunyi. Untuk menemukan letak bangkai tikus tadi,
menguras tenaga dan butuh waktu berjam-
jam. Jengkel dan melelahkan.
Akhirnya, kami memakai cara lain. Pasang beberapa perangkap.
Hampir setiap hari ada saja tikus yang terperangkap. Tapi, tikus-tikus itu
tetap saja banyak berseliweran dan membuat kegaduhan. Saya sempat berpikir,
mungkin setiap satu keluarga tikus terperangkap, tikus-tikus itu mengundang kerabatnya yang lain untuk datang.
Ah… pikiran konyol.
Tiga cara yang sudah dilakukan itu, tidak mampu
mengatasi teror tikus di rumah petak
itu. Mahluk kecil berkaki pendek itu bukannya menghilang atau berkurang. Justru
tikus-tikus itu seperti sengaja menggangu ketika saya
sedang tidur.
Malam itu, saya tidur di bawah meja mesin obras. Tengah
malam, entah jam berapa, tiba-tiba saya terjaga dari tidur. Ada sesuatu yang
mengganggu. Kaki saya seperti dikrikiti (digigit) berkali-kali. Saya kaget lalu
terbangun. Dua ekor tikus lari menghilang sambil mengeluarkan suara mencicit.
Apakah kejadian itu sebagai bentuk perlawanan mahluk bernama
tikus itu? Mustahil! Atau karena kakiku
bau akibat lupa dicuci sebelum tidur? Nah, kayaknya ini yang masuk akal. Saya
lupa cuci kaki.
***