MAHASISWA SHOPPING BAG
Oleh: H. Muhammad Khatam
Oleh: H. Muhammad Khatam
Pria bermata sipit, tubuh jangkung berkulit putih itu turun dari mobil. Kalau gak salah mobilnya jenis Daihatsu s38 mesin 2 tak. Memang bukan tergolong mobil mewah. Juga bukan mobil keluaran baru. Tapi yang namanya mobil, apa lagi yang mengendarai itu mahasiswa, tentu punya kelas tersendiri. Sementara saya dan kebanyakan mahasiswa Fakultas MIPA - ITS (Institut Teknologi 10 November Surabaya) jurusan kimia waktu itu, ‘mati urip’ (hidup mati) pulang pergi ke kampus naik mobil BMW alias ‘Bemo lyn W.’
Tapi ada yang menarik sekaligus menggelikan dari sosok mahasiswa yang kemudian saya kenal bernama Juwono Saroso itu. Kebanyakan mahasiswa sering terlihat santai atau kadang mongkrong bersama teman-teman. Tapi dia tidak. Setiap turun dari mobilnya, selalu terlihat bergegas. Berjalan tergesa-gesa seperti orang yang takut ketinggalan kereta. Gak nengok ke kanan atau ke kiri, langkahnya gesit menuju gedung MIPA.
Yang menariknya lagi, penampilan pria berkaca mata itu selalu menenteng tas plastik atau shopping bag. Hal itu kontras dengan kebiasaan mahasiswa yang selalu memakai ransel yang terbuat dari bahan kain tebal atau tas kulit sintetis. Penampilan mahasiswa lainnya terlihat ‘fashionnabel,’ sementara dia yang naik mobil berpakaian sederhana dan selalu membawa tas plastik berganti-ganti warna. Kadang warna putih, merah, kuning dengan tulisan dan gambar yang berbeda-beda pula. Hari ini tasnya bergambar busana lengkap dengan merek dan nama tokonya, lain waktu dia datang dengan tas bergambar sepatu.
Satu hal lagi yang menarik dari dia. Di kampus, sangat dekat dengan para mahasiswa. Berteman tanpa memandang suku dan agama. Jiwa sosialnya tinggi dan sering traktir teman-teman di kantin. Dia juga sangat akrab dengan gadis-gadis kampus. Saya rasa bukan karena dia playboy. Keakrabannya hanya sebagai teman, bukan urusan pacaran. Sebab, tidak pernah melihat dia mengistimewakan satu wanita.
Saya tidak pernah bertanya tentang kenapa dia selalu tergesa-gesa ketika masuk kampus. Tidak juga bertanya kenapa dia begitu akrab berteman dengan gadis-gadis kampus. Saya pun tidak tega mencari tahu kenapa dia selalu menenteng tas plastik. Juga tidak bertanya, apa sih yang ada di dalam tas itu. Buku? Tidak mungkin sebab tas tersebut selalu terlihat gemuk.
Dia tentu saja mampu membeli tas yang bagus dan lebih mahal dari tas yang dipakai oleh kebanyakan mahasiswa. Tapi kenapa dia betah berpenampilan seperti itu? Pertanyaan itu saya biarkan menjadi rasa penasaran yang berkepanjangan.
Setelah lama berteman, misteri di balik rasa penasaran itu akhirnya terpecahkan. Saya menemukan jawaban bukan langsung dari Juwono atau teman-teman kuliah lainnya. Tapi dari pengamatan saya yang mungkin saja sangat subyektif.
Saya yakin dia punya kesibukan lain di luar sehingga selalu datang ke kampus dengan tergesa-gesa. Di rumah dia tidak banyak waktu untuk mengerjakan tugas dari dosen. Karena itu dia segera masuk kelas dan terlihat sibuk mengerjakan tugas. Karena dia akrab dengan gadis-gadis kampus itu, mereka rela memberi contekan pada Juwono. Dia cerdas dan pinter memanfaatkan situasi.
Soal penampilannya yang sederhana dengan tas plastik warna warni dari beberapa toko itu? Saya pikir itu bukan hal aneh. Memang dia mahasiswa sederhana, tidak gampang terpengaruh pada hal-hal yang konsumtif dan selalu tampil apa adanya. Mungkin, kesederhanaan itulah salah satu yang membuat dia kini menjadi orang sukses.
Sahabatku; “Tetaplah jadi orang yang sederhana dengan kiprah yang luar biasa.”
Kata Prof. Dr. Fahimah Martak, M.Si (Read More)
Kata Hamzah Fansuri, S.Si, M.Si, PH.D (Read More)
Kata Ir. Hendrata Wibisana MT (Read More)
Kata Dra. Aning Purwaningsih M.Si (Read More)
Kata Susana Halimah (Read More)