Ir. Hendrata Wibisana, MT

DIA SANTAI  BAHKAN TERKESAN CUEK
Oleh: Ir. Hendrata Wibisana, MT
Dosen  Teknik Sipil UPN Veteran, Jatim

Sebetulnya, saya lulusan SMA tahun  1984. Sempat kuliah di farmasi Ubaya. Tahun berikutnya, saya coba ikut tes Sipenmaru. Ternyata saya diterina di ITS jurusan kimia.  Saya tinggalkan Ubaya dan masuk ITS. Jadilah saya mahasiswa angkatan 1985, satu angkatan dengan Juwono.
Juwono lebih akrab dengan adik saya,  Hendrianto. Mereka pernah sama-sama mencari tambahan uang saku dengan kerja sebagai guru les private untuk anak-anak SD dan SMP. Hasilnya ternyata lumayan.  Adik saya bisa membiayai kuliah dari honornya sebagai guru  private. Jadi, untuk urusan kuliah, dia tidak lagi membebani orangtua.
Hal yang sama dialami oleh  Juwono. Dia pontang-panting mengumpulkan uang lewat kegiatan sampingan sebagai guru les. Penghasilan juga  bisa menutup biaya kuliah. Tapi dibanding  dengan adik saya, Juwono  punya kelebihan lain.  Dia pandai  bermain musik.  Skill bermusiknya dimanfaatkan ebagai sumber pemasukan dengan memberi les  private electone. Selain itu, saya dengar  dia juga nyambi  jualan kue.
Di kampus,  Juwono itu  bukan tipe mahasiswa alim. Dia rada  serampangan. Tabrak sana tabrak sini. Kadang  tidak serius dan terkesan cuek. Tapi dia punya jiwa setia kawan. Saya harus mengakui bahwa Juwono pandai mengambil hati dosen. Dia selalu mendapat nilai bagus walau tidak serius  mengerjakan tugas dari dosen.  
Pernah saya dan Juwono sama-sama mengerjakan tugas paper dari dosen. Dia mengerjakan dengan santai dan terkesan cuek. Sementara saya, berusaha mengerjakan dengan tekun dan serius. Hasil akhirnya? Ah, ternyata nilainya sama. Saya sempat merasa kecewa dan hampir  saja mendatangi dosen untuk protes. Tapi tidak jadi karena dosennya cewek hehehehe.
Soal tabrak sana tabrak sini, itu salah satu gaya dia ketika mengerjakan atau mengurus sesuatu. Dia tidak mengikuti protokoler. Kadang mencari jalan pintas. Tapi saya maklumi saja karena dia pengusaha. Hampir semua pengusaha seperti itu. Pejabat juga begitu. Setali tiga uang hehehehe
Di lingkungan kampus, dia dikenal pandai bergaul. Tapi tidak suka aktif menjadi  anggota di organisasi  kemahasiswaan. Dalam kepanitiaan juga begitu. Dia lebih suka berada di belakang layar. Dia mendukung  tetapi kapasitasnya hanya sebagai makmum.  Beda dengan saya yang selalu aktif dan sering terlibat  sebagai panitia inti.
Setelah lulus S1, saya tidak terlalu mengikuti sepak terjangnya. Saya sibuk sebagai PNS karena diterima di kampus UPN. Delapan tahun kemudian, baru ketemu lagi. Waktu itu, dia sudah  punya usaha kursus  Home Industry Class  dengan  bendera Tristar. Belum berubah jadi institute seperti sekarang ini.
Sebagai sahabat - satu alumni, satu paroki - satu gereja, tentu saja ikut gembira melihat  kesuksesan Juwono sekarang ini. Karena bagi saya, kesuksesan teman satu angkatan akan berimbas positif buat alumni, institusi dan tentu saja buat gereja.
          Dalam menjalankan profesi sebagai pengusaha agar berhati-hati dan selalu lapang dada dalam menerima berbagai  saran dan kritikan. Baik dari kolega, teman sejawat bahkan dari mahasiswa sendiri guna pengembangan ke depannya.
Berhati-hati yang saya maksud, harus selalu berpatokan pada aturan Dikti karena bagaimanapun kampus ada dalam naungan Dikti sebagai pengelola utama mewakili negara.


Kata Prof. Dr. Fahimah Martak, M.Si (Read More)
Kata Hamzah Fansuri, S.Si, M.Si, PH.D (Read More)
Kata Dra. Aning Purwaningsih M.Si (Read More)
Kata H Muhammad Khatam (Read More)
Kata Susana Halimah (Read More)



Pertama-tama, terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Begitu banyak nikmat yang Engkau berikan. Tidak terhingga anugerah yang Engkau limpahkan. Begitu indah rencanaMu melebihi harapan yang selalu kuucapkan dalam setiap doa-doaku.
Saya sangat bersyukur dan mengucapkan:“Tuhan Yesus, terimakasih untuk segalanya” (Read More)

Sebuah Epilog:

Sebuah Testimoni Semua yang saya miliki hari ini adalah anugerah dari Yang Kuasa yang saya dapatkan dengan   perjuangan yang c...