“MBETHIK E” SETENGAH MATI
Oleh: Budi Setya
Oleh: Budi Setya
Lincah dan jenaka, begitulah sosok yang menarik dari teman saya Juwono. Ada saja tingkahnya yang membuat kita sering merindukan kehadirannya. Meminjam tagline iklan rokok: “Nggak ada Loe, nggak rame”. Begitulah kira-kira.
Dengan nada canda, wali kelas 3 IPA di SMK St. Louis I Surabaya, pernah menyebut dia sebagai siswa “mbethik e setengah mati”. Tentu saja istilah “mbethik” itu bukan berkonotasi nakal yang mengarah pada perilaku negatif. Kosa kata mbethik tersebut mungkin berasal dari kata bahasa jawa “mbeling setitik” (nakal sedikit atau sedikit nakal). Nakal yang usil tapi kreatif. Seperti acara-acara usil Jebakan Betmen dan lain-lain di televisi yang sangat menghibur itu.
Juwono bukan saja menarik perhatian teman-teman, tetapi para guru juga menaruh perhatian pada dia. Sebab, dia salah satu murid cerdas di kelas. Kebetulan dia juga diangkat jadi ketua kelas. Karena itu, dia paling aktif dalam berbagai kegiatan. Murid yang “sersan”. Serius tapi santai. Dalam hal pelajaran, dia serius, tetapi sebagai murid dia suka bercanda dengan teman-teman.
Jika dia sekarang sukses membangun dan mengembangkan Tristar Institute Culinary, itu karena dia ditempa dalam keluarga untuk jadi seorang pejuang. Dia itu seorang fighter yang tangguh. Tidak gampang menyerah dan tentu saja kreatif. Sejak kecil dia sudah mengambil tanggungjawab membantu ibunya jualan kue keliling. Dia juga menjadi guru les electone, guru les privat beberapa mata pelajaran.
Kini dia sudah sukses. Predikatnya sebagai bos. Juwono yang dulu tubuhnya kerempeng, kini makin berisi. Saran saya sih, jaga perkembangan tubuh. Jangan sampai obesitas. Tubuh gendut itu kurang sehat. Bisa mendatangkan banyak penyakit.
Sukses buat sahabatku Juwono