dr. Liantiana (Tjong Lie-Lie)

MURID BERSEPEDA "ONTEL"
Oleh: dr. Liantiana. (Tjong Lie-Lie).
**Dokter Umum di Puskesmas Keputih di perbantukan di Liponsos Keputih

Pelajar bertubuh kurus, jangkung dan berkaca mata minus juga silinder itu, selalu  kelihatan tergesa-gesa  memasuki halaman SMPkr IMKA I - II di Jalan Kombes Pol. M. Duryat 9 Surabaya. Datang dengan mengayuh sepeda ontel,  tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri. Langsung masuk lalu menghilang di balik pintu gerbang sekolah.
Saya tidak tahu siapa dia. Juga tidak terlintas  perasaan ingin tahu namanya atau murid kelas berapa. Tapi saya bisa pastikan bahwa  dia itu salah satu murid di SMPkr IMKA II yang  masuk siang. Sebab, saya selalu melihat dia datang ketika  saya pulang sekolah.
Kebiasaan saya setiap pulang sekolah, selalu  berdiri di depan pintu gerbang menunggu Papa datang menjemput. Saat itu, para murid yang masuk siang mulai berdatangan. Semua tidak ada yang menarik perhatian. Biasa-biasa saja. Tapi beda  dengan  sosok kurus bertubuh jangkung itu. Ada yang aneh, misterius sekaligus saya anggap unik.
Seingat saya, ketika masih duduk di kelas 7 dan kelas 8,  tidak pernah melihatnya. Dia sering terlihat ketika saya naik di kelas 9,  sampai lulus. Kemudian saya melanjutkan ke SMAK St. Louis I Surabaya. Ternyata ... , dia juga masuk ke sekolah yang sama dan sekelas di IPA 11 ... dan saat itulah saya baru tahu bahwa dia bernama Juwono Saroso.
Sewaktu di SMAK St. Louis I , dia tidak lagi mengayuh sepeda. Sudah meningkat naik  motor bebek Suzuki Family keluaran pertama tahun 1973. Bisa dibilang motor itu adalah nenek moyangnya motor bebek buatan Jepang. Mungkin karena knalpotnya tidak beres, suara motornya  bikin bising saja. Penampilan dia masih sama nyentriknya dengan sosok ketika dia naik sepeda ontel. Tetap kurus, jangkung dan berkaca mata minus dan silinder model kuno dengan bingkai dari plastik tebal berwarna hitam.  Tapi, kesan nyentrik perlahan berubah jadi pribadi yang menarik.
Apanya  yang menarik? Ternyata dia sangat supel. Mudah menyesuaikan diri dan berteman dengan semua murid di kelas. Ternyata ... , dia juga sangat cerdas dalam semua mata pelajaran. Tempat bertanya sekaligus nyontek saat ulangan. Dia tidak pelit, dia tahu kita nyontek tetapi diam saja. Tidak seperti teman lain yang buru-buru menutup kertas ulangan kalau kita intip. Kebetulan tulisan dia bagus sehingga dari jarak jauh aja kita bisa membaca tulisannya dengan jelas jawaban di kertas ulangannya. Satu lagi yang menarik, saya dan dia sama-sama penggemar duduk di bangku paling depan. Biasanya murid laki-laki sukanya duduk di belakang atau mojok. Dia tidak.
Karena pandai dalam semua mata pelajaran dan juga bisa main organ, terutama sewaktu ada jadwal Misa di Gereja Katedral "Hati Kudus Yesus" yang terletak di sebelahnya sekolah SMAK St. Louis I, dia selalu yang mengiringinya dengan memainkan piano yang ada di gereja tersebut. Sehingga akhirnya ... dia popular dengan panggilan "Profesor".
Nama aslinya sangat jarang disebut. Teman-teman selalu memanggil dia "Prof". Bahkan beberapa guru juga ikut menyapa dia dengan panggilan "Prof". Panggilan tersebut melekat sampai sekarang.
Juwono Saroso ini juga seorang yang sangat gigih dalam perjuangan hidupnya dia sewaktu di SMA aja sudah punya job dengan menerima les organ  atau elektone. Bahkan dia pernah bercerita bahwa sewaktu masih SD kelas 3, dia juga sudah bekerja sambilan dengan berjualan kue keliling kota.
Di balik hal-hal yang menarik dan menyenangkan tadi, Profesor sesekali juga suka usil. Saya pernah dikerjain sampai menangis. Baju olah raga saya disembunyikan. Saya tanya teman-teman apakah melihat tas yang berisi baju olah raga. Semua teman sekelas mengaku tidak tahu. Saya cari ke mana-mana, tidak ketemu. Saya menangis karena jam mata pelajaran olah raga sudah akan dimulai. Ternyata disembunyikan oleh Profesor. Keusilannya sangat kreatif.
Pada tahun 1985 kami lulus dari SMAK St. Louis I, saya dan profesor kuliah di kampus yang berbeda. Saya  diterima di  Fakultas Kedokteran Umum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya di Jl. Dukuh Kupang. Sementara Profesor melanjutkan di Fakultas Kimia (MIPA) Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS).  Sejak saat itu kami tidak pernah bertemu. Kami kehilangan kontak. Karena pada waktu itu alat komunikasi (Hand Phone) belum ada.
Kami baru bertemu kembali pada acara reuni di tahun 2011. Ternyata ... , si kurus bertubuh jangkung  yang unik itu, sudah berubah  jadi  pria gagah dengan postur tubuh berisi. Pria bersepeda ontel itu ternyata sudah sangat diberkati oleh Tuhan, dia adalah pemilik sekolah TRISTAR Culinary Institute yang sekarang berkembang menjadi Akademi Pariwisata Majapahit.  Di Surabaya, ada empat kampus yaitu di Jalan Raya Jemursari,  Jalan Kaliwaron dan kampus baru yang sedang dibangun di  Jalan Manyar Kertoarjo dan Tristar Samator. Kemudian ada juga di Tangerang dan beberapa kota lainnya di Indonesia.

Pertama-tama, terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Begitu banyak nikmat yang Engkau berikan. Tidak terhingga anugerah yang Engkau limpahkan. Begitu indah rencanaMu melebihi harapan yang selalu kuucapkan dalam setiap doa-doaku.
Saya sangat bersyukur dan mengucapkan:“Tuhan Yesus, terimakasih untuk segalanya” (Read More)

Sebuah Epilog:

Sebuah Testimoni Semua yang saya miliki hari ini adalah anugerah dari Yang Kuasa yang saya dapatkan dengan   perjuangan yang c...