Yuliana Gunawan

PROFESOR ITU  DARI KELUARGA SEDERHANA
Oleh: Yuliana Gunawan

Kebersamaan dengan seseorang pasti ada sisi nostalgia yang menarik untuk dikenang. Apa lagi jika teman kita itu sekarang jadi orang sukses. Satu di antara teman saya yang sudah meraih sukses itu adalah Juwono Sarono. Saya dan teman-teman sekelas di SMAK Saint Louis I Surabaya menyapa dia dengan nama Profesor.
Panggilan Profesor atau Prof itu bukan karena titel yang didapat dari perguruan tinggi.  Tetapi karena di kelas dia dikenal sebagai siswa yang serba bisa untuk semua mata pelajaran. Saya tidak tahu siapa orang pertama yang  nyeletuk memanggil dia Profesor. Panggilan itu tiba-tiba saja menyebar dan semua teman memanggil dia Prof.
Sebelum penjurusan (IPA dan IPS), saya dan Prof duduk di kelas yang sama. Kemudian kita beda kelas di kelas 2 walau sama-sama mengambil jurusan IPA.  Ketika naik kelas 3 kita satu kelas lagi. Saat itulah saya lebih intens mengenal dia.
Dari pakaian seragam, merek  sepatu dan lain-lain yang dia kenakan sehari-hari di sekolah, kelihatan bahwa dia berasal dari kekuarga yang hidup sederhana. Bukan dari keluarga berada. Tapi dia supel, pandai bergaul dan bisa menempatkan diri sehingga semua orang berteman dengan dia.
Saya melihat Prof memang pandai sejak dari sononya. Dia selalu ranking satu di kelas. Padahal, buku catatan pelajaran saya lebih rapi dan lengkap  dibandingkan bukunya dia. Dia juga bukan siswa kutu buku  walau dia berkaca mata. Di kelas dia kelihatan santai saja. Bukan tipe siswa yang serius. Mungkin karena dia gak pernah bolos dan fokus saat guru menerangkan sehingga apa yang diajarkan bisa langsung nyantol di kepala.
Ulet dan kerja keras salah satu kunci yang membuat dia tumbuh menjadi orang sukses. Latar belakang keluarganya yang tidak mampu memacu dirinya untuk maju. Terbukti ketika dia kuliah di ITS, mengambil dua mata kuliah sekaligus.
Momen lucu yang menggelikan, ketika acara perpisahan kelulusan. Waktu itu, teman-teman sekelas menyewa villa di Tretes. Salah satu acara seru-seruan waktu itu, siswa pria  termasuk Prof didandani ala wanita.  Pakai daster, dibedaki dan dipolesi lipstik.  Sayangnya, saya berusaha mencari dokumen foto itu tidak ketemu.
Prof….,  walau sudah menjadi orang sukses dan berhasil di bidang kuliner,  tetaplah menjadi orang yang rendah hati seperti Prof yang saya kenal sejak di bangku SMA dulu.

Pertama-tama, terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Begitu banyak nikmat yang Engkau berikan. Tidak terhingga anugerah yang Engkau limpahkan. Begitu indah rencanaMu melebihi harapan yang selalu kuucapkan dalam setiap doa-doaku.
Saya sangat bersyukur dan mengucapkan:“Tuhan Yesus, terimakasih untuk segalanya” (Read More)

Sebuah Epilog:

Sebuah Testimoni Semua yang saya miliki hari ini adalah anugerah dari Yang Kuasa yang saya dapatkan dengan   perjuangan yang c...