WISATA KE KOREA TIDAK LEWAT TRAVEL AGENT TERNYATA CUKUP RIBET
Liburan Akhir tahun 2024 ini, kami sekeluarga jalan-jalan ke Korea. Saya dan istri (Evie Muliasari Dewi) serta tiga anak saya (Fiona Angeline, Cindy Octavia dan Hans Ricardo). Kunjungan akhir tahun bersama keluarga ke Negeri Ginseng ini, merupakan kali kedua. Sebelumnya, pada Desember 2022 lalu, kami liburan mengikuti paket Amazing Tour: “Christmas and New Yeasr Winter” bersama rombongan Korea Travel Store (KTS).
Kunjungan ke Korea bersama keluarga saat ini, tidak lewat travel agent. Harus bisa mengurus semuanya secara mandiri. Meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran. Bahkan juga tambahan biaya yang tak terduga.
Berbeda jika perjalanan ke luar negeri dengan memakai jasa paket tour, kita tidak perlu repot-repot. Istimasi biaya sudah jelas. Itinerary perjalanan sudah tersusun rapi. Mulai dari daftar destinasi tujuan, jadwal kegiatan harian, transportasi, akomodasi hingga urusan konsumsi sampai kepulangan sudah diatur.
Sebenarnya, pengalaman jalan-jalan ke luar negeri tanpa memakai travel agent, sudah pernah saya alami. Waktu itu, April 2023, kami sekeluarga liburan Hari Raya Idul Fitri ke Australia. Banyak ribetnya, tetapi kita bisa lebih fleksibel mengatur waktu dan bebas memilih destinasi yang kita inginkan.
Berangkat ke Korea tanpa ikut paket tour ternyata lebih ribet dari pengalaman ketika jalan-jalan ke Australia. Ribetnya ketika kita mengurus visa Korea. Lebih sulit dan biayanya lebih mahal dibanding ketika pergi melalui paket tour. Per orang biayanya 1,4 juta rupiah. Ada juga travel agent yang mematok harga 1,5 juta rupiah.
Saya beli tiket di travel fair. Berangkat 19 Desember 2024 via Singapore Airlines. Pulang ke Indonesia 6 Januari 2025. Anak kedua saya, Cindy Octavia baru selesai kuliah S1 Bisnis Digital di Singapore (belum wisuda). Tanggal 5 November 2024, pulang ke Indonesia, kemudian kita mengurus visa Korea.
Pengurusan visa saya, istri saya Evie Muliasari Dewi, Cindy Octavia dan Hans Ricardo lancar. Tidak ada masalah. Masalah muncul ketika anak pertama saya Fiona Angeline yang kuliah dan bekerja di Jepang, kesulitan mengurus visa.
Awalnya, dia mau mengurus visa Korea dari Jepang. Ternyata tidak bisa. Aturannya, untuk bisa mengurus visa ke Korea di Jepang, minimal harus sudah stay di sana selama 2 tahun. Sementara anak saya Fiona belum genap dua tahun tinggal di Jepang.
Tidak ada pilihan lain. Untuk mengurus visa, Fiona harus segera terbang ke Jakarta. Sampai di Jakarta, ada kendala. Beberapa travel agent tidak sanggup mengurus dengan alasan waktunya sudah mepet. Jalan keluarnya?
Kita pakai jalur express dengan biaya 2,25 juta rupiah lewat travel agent (Mbak Clara). Setelah semua dokumen diserahkan, hati rasanya plong. Masalah sudah bisa diatasi. Kemudian Fiona terbang ke Surabaya.
Ternyata oh ternyata, masih saja ada hambatan serius. Dokumen atas nama Fiona tidak bisa di-submit. Masalahnya? Harus melampirkan rekening bank atas nama Fiona dengan stempel basah dari bank.
Sialnya, kabar buruk itu baru kita terima pada siang hari. Sudah tidak ada waktu untuk mengurus ke bank. Sialnya lagi, besoknya adalah hari libur nasional Pilkada serentak. Keadaan benar-benar kacau dan Fiona sempat menangis.
Masalah cukup serius ini bisa diatas Mbak Clara dengan cara membuat surat pernyataan bahwa Viona belum bekerja dan tidak punya rekening bank. Setelah itu di-submit lagi dan bisa masuk. (bersambung)