Wednesday, November 28, 2018

HARTA KARUN DAN HANTU MASA LALU


KAPOK ! Kata itu melekat kuat di dalam pikiranku. Tidak mau lagi membangun usaha sendiri. Harapanku bagai pijar lampu yang tadinya menyala terang, tiba-tiba meredup lalu padam. Saya seakan berada dalam ruang yang gelap. Bergerak dengan meraba-raba mencari titik terang. Saya harus keluar dari kegelapan. Saya harus terbebas dari hantu masa lalu.

Satu pintu tertutup, pasti  ada banyak pintu lain yang terbuka. Masalahnya, apa kita mau berusaha bangkit atau tetap diam berpangku tangan sambil menangisi tragedi masa lalu? Saya memilih untuk bangkit. Tapi, bagaimana caranya?
          Sempat terjadi dialog batin yang cukup seru. Ada pertarungan sengit antara pengalaman pahit dengan keinginan untuk bangkit. Galau dan tidak percaya diri. Pukulan dari kegagalan itu sangat dahsyat. Belum lagi kondisi keuangan yang amburadul. Hutang menumpuk dan harta berharga tidak tersisa.  Dialog batin terus berdebat keras seperti membentur-bentur  dinding kepala hingga terasa puyeng.  
Dialog batin tersebut seperti berikut ini:
“Saya sudah tidak punya apa-apa lagi. Sudah jadi orang kere.  Semua harta  ludes. Bahkan saya masih menanggung banyak hutang,”  bisik sisi batinku seakan melemahkan spirit yang mulai muncul. Tapi sisi batin yang lain berusaha membantah.
“Kamu keliru besar. Kamu tidak kere. Kamu masih  punya harta karun yang tak ternilai harganya. Jika harta itu kamu manfaatkan dengan maksimal, maka apa pun bisa kamu raih.”
“Harta karun? Harta karun yang mana? Saya  sudah tidak berdaya. Tidak ada barang berharga yang saya miliki. Orangtua saya juga dari kalangan biasa. Hidup sangat sederhana. Bahkan mereka ikut menderita akibat dari kegagalan saya.”
“Dengar baik-baik ya,” suara bantahan batin kembali terdengar.  “Papa dan Mamamu  mewariskan harta yang luar biasa. Kamu sudah memiliki tetapi tidak pernah kamu manfaatkan. Nah, cobalah kamu renungkan dan temui harta karun tersebut.”
Bisikan batin itu terhenti. Saya merenung mencari jawaban soal harta karun tadi.  Puji Tuhan, saya menemukan jawabannya. Warisan harta karun itu tidak lain adalah ilmu yang saya dapat dari bangku sekolah hingga di perguruan tinggi. Orangtua membiayai sekolah sekuat tenaga agar anaknya memiliki bekal ilmu yang bagus.
Mereka tidak mewariskan harta berupa materi. Tetapi perjuangan mereka menyekolahkan saya dan mendidik saya sejak kecil, adalah harta yang tidak ternilai harganya.  Kini saatnya saya memakai ilmu tersebut. Tapi ilmu saja tidak cukup. Harus ada keberanian dan strategi agar ilmu yang saya miliki itu menghasilkan sesuatu yang  maksimal.
Saya lihat ada beberapa teman kuliah yang pintarnya luar biasa, tetapi  mereka tidak mampu meraih sukses. Ada faktor penghambat yang membuatnya tidak berhasil. Misalnya kurang percaya diri. Mingkin juga merasa sudah ketinggalan zaman atau  sudah lupa akan ilmu yang pernah dipelajari. Saya sedang berada di posisi itu. Tidak percaya diri dan saya harus melawan. Saya tidak ingin seperti itu. Harus bangkit  dan  memutuskan untuk berkarir sebagai chemist profesional. Saya mau jadi karyawan tapi karyawan dengan jabatan yang tinggi. 
Dengan bekal ijazah sarjana MIPA  ITS, saya diterima bekerja  di  PT. Tambak Agung Abadi, Mojokerto.  Perusahaan tersebut  mengolah singkong menjadi gula cair. Gula yang dihasilkan itu memiliki keunggulan, antara lain, sehat karena bebas gluten, low karbohidrat, rendah kalori sehingga aman digunakan penderita diabetes  dan orang yang menjalani program diet.
Di pabrik tersebut saya ditempatkan di bagian Quality Control (QC). Selain itu, saya juga merangkap jadi  staf  di bidang Research & Development (R&D). Jabatan kedua itu berkat bimbingan dari Susana, manager R&D waktu itu.  Saya harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang baru. Sebab, saya kerja shift malam. Mulai jam 11 malam  sampai jam 8  pagi. Sementara siang istriahat dan bengong  di kamar asrama yang ada di lingkungan pabrik.
Pegawai dengan dua jabatan tersebut terkesan  keren.  Apalagi jika dicetak di kartu nama. Wow, orang pasti akan berpikir bahwa kesejahteraan sudah terjamin. Kenyataannya? Masih jauh dari harapan.  Tidak cukup untuk biaya hidup dan bayar hutang dari kegagalan usaha pembuatan  stemvet dan oli bekas dulu.
Karena itu, saya berusaha mencari penghasilan tambahan. Keahlian saya dibidang musik bisa saya manfaatkan. Siang saya gunakan untuk istirahat, sore saya manfaatkan untuk mengajar di sekolah musik Cressendo milik Ibu Titus di Jalan Airlangga, di depan pabrik kertas, Mojosari.
Di luar kegiatan mengajar di sekolah musik, saya juga menerima les privat di Mojokerto, Mujoagung dan juga di Surabaya. Tidak ada waktu luang yang terbuang. Saya manfaatkan sebaik mungkin untuk melakukan kegiatan yang bisa mendatangkan uang.
Senin sampai Jumat, saya mengajar di sekolah musik dan les privat di Mojosari, Mojokerto dan Mojoagung. Untuk mendatangi lokasi mengajar, saya harus berdesak-desakan  naik angkutan umum. Hari Sabtu dan  Minggu, saya gunakan untuk mengajar  murid-murid saya yang ada di Surabaya.
Penghasilan saya dari mengajar electone lebih besar dari gaji saya di pabrik. Sebagai karyawan dengan dua jabatan keren itu. Saya digaji Rp 550 ribu per bulan. Sementara penghasilan saya sebagai guru les electone sebulan lebih dari Rp 1 juta. Walau begitu, saya harus mengakui bahwa ilmu dan pengalaman yang saya dapat dari perusahaan tersebut,  tak ternilai harganya.
Di  PT. Tambak Agung Abadi tersebut saya hanya bertahan 2 tahun. Dari tahun 1991 sampai 1993. Saya rasa penghasilan dan karir saya di sana sudah mentok. Banyak hasil penelitian saya dan Susana tidak pernah dipakai. Mungkin terkendala masalah dana sehingga pabrik tidak mengalami kemajuan. Karena itu, saya harus mencari peluang baru di tempat lain.
***



Pertama-tama, terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Begitu banyak nikmat yang Engkau berikan. Tidak terhingga anugerah yang Engkau limpahkan. Begitu indah rencanaMu melebihi harapan yang selalu kuucapkan dalam setiap doa-doaku.
Saya sangat bersyukur dan mengucapkan:“Tuhan Yesus, terimakasih untuk segalanya” (Read More)

Sebuah Epilog:

Sebuah Testimoni Semua yang saya miliki hari ini adalah anugerah dari Yang Kuasa yang saya dapatkan dengan   perjuangan yang c...