Wednesday, November 28, 2018

LIANG KUBUR JADI LUBANG SUMUR



Bendera Tristar terus berkibar.  Perusahaan yang tadinya konsentrasi memproduksi handsoap, super pel, multo, sabun bubuk, shampoo, conditioner, obat creambath dan  massage cream, mulai melirik dan menangkap peluang lain yang menjanjikan. Menularkan keterampilan lewat pelatihan atau kursus kilat.
Keluarga, terutama Papa dan Mama sempat menentang. Mereka tidak sutuju Tristar menyelenggarakan kursus kilat tersebut. Alasannya? Jika banyak orang bisa memproduksi dan membuka bisnis rumahan, maka produksi kami akan terancam. Masuk akal juga. Tapi saya punya keyakinan lain.  Saya menularkan ilmu  sekaligus berbisnis.
Waktu itu, produk curah  kebutuhan rumah tangga sedang booming.  Kondisi ini menarik minat, khususnya kaum wanita, untuk menjadi pelaku bisnis rumahan. Mereka tentu saja butuh sarana berupa  bimbingan praktis, kursus kilat atau pelatihan singkat. Satu materi bisa dikuasai dalam sekali pertemuan. Peminatnya begitu besar. Jika minat yang begitu besar tidak saya sikapi dengan cepat, maka akan ada pihak lain yang  melakukan.
Konsepnya, Home Industry Class (HIC).  Membimbing tenaga-tenaga terampil yang bisa menjadi pelaku bisnis  industri kecil dan menengah. Jika kursus yang pernah ada hanya mengajarkan materi produksi, maka Tristar memberi bimbingan lengkap. Tidak cukup hanya diberi materi, belajar dan menguasai.
Masih ada tahapan-tahapan yang lebih penting. Bimbingan step by step. Baik secara manual atau menggunakan mesin dan peralatan industri sederhana. Ada juga bimbingan teknik pengemasan agar produk memiliki daya saing dan diminati pasar. Lalu, peserta juga mendapat arahan bagaimana cara mengurus ijin usaha.
Peserta kursus memang diarahkan untuk menjadi pelaku bisnis.  Keterampilan yang didapat bisa dijadikan sumber penghasilan. Bikin usaha sendiri. Menjadi pelaku bisnis rumahan. Nah, konsep yang seperti ini yang tidak disetujui  oleh Papa dan Mama. 
“Ini sama saja dengan menggali liang kubur untuk diri kita sendiri. Usaha kita akan tersaingi bahkan bisa mati. Kalau mau bikin kursus yang bikin aja seperti kurus-kursus yang sudah dilakukan orang lain. Tidak usah mencetak pengusaha rumahan yang bisa membunuh usaha kita sendiri,” protes Papa waktu itu.
“Justru inilah nilai tambah sekaligus peluang bisnis untuk Tristar. Kita bikin terobosan baru.  Berkreasi dan berinovasi agar berbeda dengan yang pernah ada. Di balik kursus, ada bisnis yang tidak dilakukan orang lian,” jawab saya berusaha meyakinkan.
“Bisnisnya di mana?” tanya Papa.
“Kita jual bahan baku untuk praktik. Setelah kursus, mereka juga bisa membeli bahan baku, baik eceran maupun partai besar dengan harga yang lebih murah dari harga pasar. Kita menjul mesin-mesin dan perlengkapan untuk mereka yang akan  buka home industry. Tidak cukup sampai di sini saja. Masih ada lagi peluang bisnisnya. Menyediakan jasa pembuatan formulasi berbagai macam produksi. Jasa evaluasi proses dan mendesain ulang produksi hingga menghasilkan produk yang berdaya saing. Masih banyak lagi yang bisa diolah menjadi bisnis yang menghasilkan.” 
Penjelasan saya itu sedikit meredakan protes Papa dan Mama. Tapi, mereka tetap saja merasa bahwa kursus dan bimbingan yang akan dilaksanakan itu adalah “gong kematian” untuk bisnis yang sudah kami bangun.
Peminat kursus membludak. Mereka rela antri. Bahan baku pun laris manis. Mesin-mesin dan perlengkapan produksi laku keras. Ada mesin buatan pabrik, ada juga mesin hasil rancangan Tristar sendiri. Seperti mixer untuk produksi sabun, shampoo dan kosmetik. Jasa bimbingan kelanjutan setelah kursus pun diminati peserta. Permintaan pelatihan juga berdatangan dari luar kota Surabaya.  
Puluhan materi kursus yang kami jual kepada peserta. Masing-masing materi dilakukan berulang-ulang kali sesuai peminat.  Selain pelatihan membuat handsoap, super pel, multo, sabun bubuk, shampoo, conditioner, obat creambath dan   massage cream, juga ada kursus  bikin sirup, permen, minuman dalam kemasan, snack chiki-chiki, jelly cup dan nata de coco.
Kemudian ada pelatihan aneka bikin bakso dan mie dengan menggunakan mesin dan manual. Tristar juga menggelar kursus  handicraft seperti kreasi lilin, hiasan tempelan kulkas, daur ulang kertas, souvenir pernikahan. Bahkan kami juga menawarkan kursus membuat cat tembok, pelatihan chroom, cara membuat rokok, pelatihan membuat shampoo mobil (otomotif cleaner).  Keterampilan apa saja laku dijual. Semua diminati.
Konsep Home Industry Class (HIC) yang saya kembangkan itu menjadi sangat berbeda dengan kursus-kursus yang pernah ada. Jika bimbingan step by step itu dirangkai menjadi satu, maka dampaknya sangat  dahsyat. Bisa mencetak banyak entrepreneur yang handal. Home industry tumbuh pesat.
Jika Papa dan Mama menyebut bahwa kursus itu ibarat menggali liang kubur  untuk kematian usaha  sendiri, ternyata yang terjadi, liang kubur yang saya gali itu justru jadi lubang sumur dengan mata air  yang mendatangkan kesejahteraan.  Puji Tuhan.
***


Pertama-tama, terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Begitu banyak nikmat yang Engkau berikan. Tidak terhingga anugerah yang Engkau limpahkan. Begitu indah rencanaMu melebihi harapan yang selalu kuucapkan dalam setiap doa-doaku.
Saya sangat bersyukur dan mengucapkan:“Tuhan Yesus, terimakasih untuk segalanya” (Read More)

Sebuah Epilog:

Sebuah Testimoni Semua yang saya miliki hari ini adalah anugerah dari Yang Kuasa yang saya dapatkan dengan   perjuangan yang c...